Rabu, 18 Juli 2012

Salah kaprah: Mekanisme menghirup dan menghembuskan udara


Manusia memerlukan bernafas untuk hidup. Bernafas juga merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Bernafas terdiri dari dua proses yang disebut inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah menghirup udara berupa O2, sedangkan ekspirasi adalah menghembuskan udara berupa CO2. Kedua proses tersebut merupakan satu kesatuan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh karena tubuh manusia memerlukan pasokan O2 yang cukup untuk melangsungkan fungsi jaringan masing-masing.
Prinsip mekanisme bernafas sebenarnya lebih menitikberatkan pada perbedaan tekanan udara di dalam paru-paru dengan udara di luar/lingkungan. Inspirasi(menghirup O2) dapat terjadi karena tekanan udara di dalam paru-paru lebih rendah daripada tekanan di luar paru. Hal tersebut dapat terjadi karena udara mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Sebaliknya pada ekspirasi, proses menghembuskan udara ini dapat terjadi ketika tekanan udara di dalam paru-paru lebih tinggi daripada tekanan udara di lingkungan, sehingga udara mengalir keluar ke lingkungan.
Perbedaan tekanan udara dalam paru-paru dengan tekanan udara di lingkungan dipengaruhi oleh otot-otot torax (dada), otot-otot abdomen (perut), dan diafragma. Inspirasi dapat terjadi ketika tekanan udara dalam paru rendah. Rendahnya tekanan udara dalam paru-paru disebabkan oleh volume paru yang membesar/mengembang. Proses mengembangnya paru-paru dikarenakan tulang-tulang iga dan dada juga terangkat atau mengembang dengan adanya aktivitas otot-otot sehingga menjadi lebih lebar. Seperti dalam ilmu fisika, dengan meningkatnya volume paru, maka tekanan dalam paru-paru semakin rendah.

Gambar 1. Anatomi otot-otot penyusun dinding dada dan perut yang terlibat dalam mekanisme bernafas. (Tortora & Derickson, 2009)
Otot-otot yang normal berkontraksi ketika inspirasi biasa adalah otot diafragma dan otot intercostals eksternus, sedangkan ketika inspirasi paksa, terdapat kontraksi otot-otot tambahan,yaitu otot scalenus dan otot sternocleidomastoideus. Aktivitas kontraksi otot-otot yang terkait di tulang iga dan dada itulah yang menyebabkan peningkatan volume paru dan menyebabkan tekanan udara dalam paru-paru lebih rendah daripada di lingkungan, sehingga udara dari lingkungan masuk kedalam paru-paru.
Proses menghembuskan udara atau yang disebut ekspirasi dapat terjadi dengan sendirinya akibat dari relaxasi diafragma karena sifat kelentingan atau kelenturan diafragma itu sendiri, sehingga diafragma kembali mendorong/menekan paru-paru ke atas, dan juga ekspirasi ini disebabkan oleh relaxasi otot-otot inspirasi ke keadaan seperti semula. Hal tersebut secara normal sudah menyebabkan tekanan udara dalam paru-paru menjadi kembali lebih tinggi daripada tekanan udara di lingkungan. Pada beberapa keadaan, seperti asma dan kesulitan bernafas, terdapat otot-otot tambahan yang berkontraksi untuk menjadikan tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi guna mengeluarkan udara dari dalam paru ke lingkungan. Otot-otot tambahan tersebut adalah otot intercostals internus, otot rectus abdominis(perut), otot transverses abdominis(perut), otot oblique eksternus, dan otot oblique internus.
Mekanisme inspirasi dan ekspirasi menunjukan bahwa prinsipnya bernafas itu dapat terjadi karena perbedaan tekanan udara antara dalam paru dan luar paru. Perbedaan tekanan terjadi karena aktivitas otot-otot tertentu yang dapat menyebabkan perubahan volume paru. Disimpulkan bahwa proses bernafas, khususnya inspirasi itu bukan didahului dengan masuknya udara ke dalam paru-paru, kemudian paru-paru mengembang. Akan tetapi, dibutuhkan pengembangan  paru-paru terlebih dulu , baru kemudian udara dari luar masuk ke dalam paru-paru. Begitu juga yang terjadi ketika ekspirasi, ekspirasi di dahului dengan relaxasi otot-otot pernafasan terlebih dulu, baru kemudian udara keluar. Jadi, paru-paru mengempis bukan karena udara keluar, tapi karena sifat kelentingan diafragma dan otot pernapasan lainnya.

Rabu, 11 Juli 2012

Waktu konsumsi obat: Sebelum atau Sesudah Makan

Obat merupakan bahan kimia yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, atau pencegahan penyakit atau keadaan abnormal lainnya. Bahan kimia ini memiliki sifat kimia yang khusus. Berdasarkan sifat kimia tersebutlah obat dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah. Kedua jenis obat ini harus diperhatikan untuk menilai apakah obat ini baik dikonsumsi sebelum atau setelah makan.
Pada dasarnya, semakin obat itu cepat diserap, maka semakin cepat obat itu bekerja, dan semakin baiklah obat itu dikatakan. Obat basa lemah akan cepat diserap tubuh dalam kondisi basa, sedangkan obat asam lemah akan diserap dengan cepat jika dalam keadaan asam. Tubuh memiliki saluran pencernaan tempat lewatnya obat peroral (obat yang masuk lewat mulut - usus) yang memiliki kondisi keasaman yang berbeda-beda. Kondisi normal lambung manusia adalah asam (pH= 2-4) dan kondisi usus manusia cenderung basa dengan pH sekitar 5-8. Jadi, obat basa lemah akan cepat mengalami absorpsi(penyerapan) di dalam usus, dan obat asam lemah akan cepat diserap di dalam lambung.
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan obat ke dalam darah untuk disampaikan ke organ target untuk bekerja. Salah satu faktor yang dapat memodifikasi kecepatan penyerapan obat adalah dengan mengubah tingkat keasaman lambung dengan makanan. Ketika makanan memasuki lambung, maka tingkat keasaman lambung berkurang sehingga cenderung sedikit basa dan keadaan ini baik untuk penyerapan obat basa lemah. Oleh karena itu, agar obat basa lemah cepat diserap, maka dokter menganjurkan untuk mengonsumsi obat tersebut setelah makan. Karena dengan masuknya makanan ke lambung, obat basa lemah dapat diserap tanpa harus mecapai usus terlebih dahulu yang membutuhkan waktu kira-kira 1-4 jam. Berbeda halnya dengan obat asam lemah, obat jenis ini lebih baik dikonsumsi sebelum makan alias ketika lambung dalam keadaan kosong atau asam. Sehingga dokter akan meminta pasien untuk mengonsumsi jenis obat asam lemah sebelum makan agar diserap dengan cepat oleh lambung. 

Jumat, 03 Februari 2012

Fisiologi penjalaran impuls pada saraf

*iseng-iseng review blok saraf

Blok sistem saraf dan muskuloskeletal merupakan blok yang sangat panjang dan berat. Namun, Alhamdulillah semua telah berhasil dilewati dengan sangat baik. Oleh karena itu, untuk mengingat-ingat dan kebetulan juga saat ini saya sedang tidak ada kerjaan maka saya ingin mencoba menjelaskan kembali bagaimana Allah menciptakan suatu sistem yang rumit tanpa cacat bagi manusia sehingga sekarang ini manusia bisa bergerak dan  merasakan sensasi-sensasi dalam kehidupan.
sel saraf itu terdiri dari 3 bagian pada umumnya, 1. Dendrit :juluran badan sel; 2. Badan sel; 3. akson (juluran panjang tempat terjadi potensial aksi).Sebenarnya suatu gerakan dan sensasi itu dapat kita rasakan karena adanya proses potensial aksi di sel saraf/neuron. Suatu sistem saraf ini pada dasarnya merupakan kerjasama antara sel-sel saraf yang ada dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa saraf atau unit fungsional penjuluran informasi/impuls ini dilakukan oleh SEL/Neuron. Contohnya, ketika kita disentuh maka kita dapat merasakan sentuhan tersebut dan dipersepsikan oleh otak sebagai suatu sentuhan biasa misalnya. Proses tersebut diawali oleh suatu stimulus adekuat,kalau tidak cukup kuat menimbulkan potensial aksi(penjalaran impuls sepanjang akson) maka bukan stimulus adekuat namanya. Stimulus adekuat disini adalah berupa sentuhan, lalu stimulus ini menyebabkan membran plasma neuron yg terdapat pintu Na+ terbuka dan Na+ masuk. Dengan masuknya Na+ ini maka terjadilah depolarisasi atau penjalaran impuls listrik sepanjang neuron. Panjang neuron bermacam-macam hingga 1 meter bahkan.Perlu ditekankan dengan masuknya Na+ ke dalam Neuron atau Cairan intrasel neuron maka pola muatan di dlm membran tersebut berubah menjadi lebih positif. Itulah yang menyebabkan penjalaran informasi yg pd dasarnya adalah sebuah penjalaran impuls listrik itu terjadi. 
Yang terjadi setelah depolarisasi atau masuknya Na+ itu adalah keluarnya K+. Lho kok keluar?maksudnya opo to? keluarnya K+ itu disebut repolarisasi (kembali dalam keadaan polar). harus diketahui bahwa pada keadaan normal(tidak ada stimulus) atau polarisasi keadaan luar membran plasma adalah positif & bnyak terdapat ion Na+ sedangkan keadaan di dalam membran adalah negatif & banyak terdapat K+. Dengan masuknya Na+ itu maka muatan membran itu berubah sehingga keadaan di dalam membran itu yang jadi lebih positif, nah setelah Na+ masuk dan di dalam lebih positif seketika K+ yang ada didalam membran itu keluar melalui pintu bervoltase K+ sehingga seketika pula keadaan menjadi kembali polar(repolarisasi) karena muatan membran kembali normal, yaitu diluar membran bermuatan positif dan dalam membran bermuatan negatif kembali. kejadian itu terus terjadi menjalar sepanjang akson dari neuron.
Ketika sampai di ujung saraf atau yang disebut terminal akson, maka penjalaran informasi berupa listrik tadi itu berubah energi nya menjadi proses yang berkaitan dengan kimiawi. Mengapa? karena ujung saraf ini berhubungan dengan saraf lainnya melalui sebuah celah dan yang kita ketahui itu bahwa impuls listrik tidak bisa melewati sebuah celah, oleh karena itu penjalaran informasi ditransmisi melalui suatu substansi kimia yang disebut neurotransmiter. jadi setelah ada penjalaran impuls listrik di akson neuron maka selanjutnya neurotransmiter akan dikeluarkan . Neurotransmiter itu nanti akan menempel di reseptor membran neuron yang selanjutnya. dengan menempelnya neuron di reseptor membran tersebut maka kanal Na+ terbuka dan Na+ masuk ke dalam membran sehingga muatan di dalam membran menjadi lebih positif dan terjadi depolarisasi. Jika muatan ini cukup kuat maka akan diteruskan menjadi potensial aksi di sepanjang akson dan selanjutnya akan dipersepsi informasinya di otak sebagai suatu sentuhan.